My Big Sister Can See Dragons (2)

Lanjutan dari cerita sebelumnya..... 

"Aku melihatnya!" , aku mengatakannya sambil menangis. "Setidaknya, aku merasa bisa melihatnya. Apa dunia naga warnanya putih?" "Itu bayi naga," jawab kakakku. "Tapi masih ada yang lainnya berwarna biru, oranye, dan...berpolkadot." 

Dia mengatakan bahwa aku harus terus berlatih sampai dapat melihat naga berwarna pink. Pink adalah warna favoritku. Aku terus berlatih, namun warna putih saja masih belum terlalu jelas di mataku. Aku mencoba hingga mataku mulai melihat segala sesuatunya menjadi dua....bukan naga. Kakakku berkata kami bisa saja membuat pesta naga. Dia akan mengundang seluruh naga dan kami dapat menyajikan kue coklat keriting, yang merupakan favorit para naga.


Kami menyiapkan meja dan beberapa boneka kadal milikku. Kupikir, para naga akan  menyukai bertemu saudara sepupu mereka. Ini akan jadi pesta yang paling meriah. Kakakku menunjukkan mama naga berwarna ungu yang sedang menggendong bayi kecil di pangkuannya, lalu ada naga hijau kurus yang senang tinggal di rawa yang berair, dan kakek naga berwarna abu tua yang sudah kehilangan sejumlah giginya, jadi kami tidak perlu takut kepadanya.
Mm, ada sedikit kecil masalah. Aku masih tidak bisa melihat apapun, Tapi aku tak memberitahu kakakku yang sebenarnya.

"Lihat!" ujar kakakku, "si naga kecil sedang menari!" Aku terperanjat. "Ooohh, dapatkah aku menari bersamanya? aku bisa menari balet!" "Tidak, tidak, tidak---dia di sebelah sana!" teriak kakakku, menunjuk sudut di seberang ruangan. "Kau dapat melihatnya?" kakakku tiba-tiba melempar pandangan seperti saat dia mengatakan aku masih terlalu kecil untuk bermain dengannya. Aku seraya menjawab, "Ya, aku melihatnya! Aku hanya tak pernah tahu bahwa naga dapat menari begitu baiknya!"

Saat menjelang tidur, kakakku berkata sudah waktunya para naga pulang. Dia mengucap salam perpisahan, "Daah Ny.Ungu! Daah, baby! Daah, Tn. Pengeluh!". Dan para nagapun pergi.

Meski sejujurnya, aku tetap tak dapat melihat mereka. Kakakku menceritakan sesuatu yang membuatku khawatir. "Sepertinya kita perlu berhati-hati, terkadang, naga jahat bisa datang kapan saja. Mereka mungkin muncul setelah para naga baik pergi."
Lalu, dia memeriksa kolong tempat tidurku, di atas rak buku, dan di dalam keranjang cucian, lalu akhirnya dia menyatakan semua tempat sudah bebas-naga. "Oke, aku akan tidur sekarang, " katanya. "Selamat malam, adik kecil." Ia menutup selimutnya sampai ke ke kepala kemudian terlelap. Satu hal lain yang kakakku lakukan lebih baik daripada aku; dia bisa cepat tertidur begitu dia menutup matanya.

Sementara aku, berbaring dan terus memikirkan si naga jahat. Bagaimana aku dapat melindungi kami dari naga jika aku tak bisa melihatnya?! Samar-samar aku mendengar sesuatu, sebuah deritan dari belakang pintu kamar mandi.  Oh tidak! Kami lupa memeriksanya! Aku menggoyangkan tubuh kakakku, yang jujur saja, bukan hal yang mudah. Aku menduduki perutnya dan berteriak di telinganya. "Gaaaabbyyyy! Banguun!" Kakakku membuka satu matanya. "Ada naga jahat sembunyi di balik pintu kamar mandi!" seruku. "Kau harus menangkapnya, karena aku tidak....aku tidak betul-betul bisa melihat naga!"

Kau tahu apa yang selanjutnya dia katakan?


"Oh, Marty, akupun tidak bisa melihat mereka. Aku hanya mengarang." Ia pun menarik kembali selimutnya ke atas kepala dan tertidur.

Oh, mungkin sebenarnya kakakku ini tidak lebih istimewa daripada aku.
Mungkin saja, jika aku berusaha lebih baik, aku juga akan bisa berenang melintasi kolam renang seperti dia. Lalu aku bisa menggambar dengan lebih bagus, dan mungkin--mungkin saja, jika aku terus berlatih, aku pun bisa benar-benar melihat naga!






Setelah semua yang terjadi, kupikir, hanya karena kakakku bilang dia hanya mengarang tentang naga, bukan berarti mereka benar-benar tidak ada, bukan?
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url